Suatu hari, sebuah gunung berapi meletus dengan dahsyat. Proses letusan itu tentulah menimbulkan awan panas, lahar panas dan lahar dingin. Seperti yang sudah seharusnya, tim SAR segera melakukan evakuasi. Ada seorang perempuan paruh baya yang tidak mau dievakuasi.

Salah satu anggota tim SAR berkata kepadanya: “Mari bu segera evakuasi, awan panas diperkirakan akan sampai disini 1 jam lagi”. Namun kata ibu itu : “Pak, saya tidak perlu dievakuasi, saya percaya Tuhan akan menyelamatkan saya. Saya tidak mau pergi bersama bapak!” Si ibu itu menolak dengan keras dan malah mengusir Tim SAR serta menutup pintu rumahnya. Dia bergumam dalam hatinya : “Aku percaya, Tuhan akan menyelamatkanku. Dia pasti akan melindungi dan menolongku”. Kemudian dia memejamkan matanya menantikan pertolongan Tuhan.

Ketika dia membuka matanya, dia sangat terkejut karena mendapati bahwa dirinya telah meninggal. Lalu dia berteriak-teriak marah dan berkata: “Tuhan! Mengapa Engkau tidak melindungi saya! Mengapa Engkau membiarkan saya mati! Mengapa Engkau tidak menolong saya, padahal saya sudah percaya! Mengapa?”. Kemudian terdengarlah suara Tuhan menjawab dengan santainya : “Sudah Ku tolong tadi.. eh.. malah kautolak!”
Kepercayaan ibu ini kepada Tuhan membuatnya menyerahkan segalanya kepada Tuhan, sehingga ia tidak perlu melakukan apa-apa. Jadi menurutnya, Percaya itu keyakinan di dalam hati. Pokok’e yakin! Sing penting yakin! Apakah sikap ini benar? Mari kita melihat Mari dalam Bilangan 21:4-9 dan Yohanes 3:14-2 Dalam bacaan Injil, Kristus yang disalib disandingkan dengan ular tembaga yang tergantung. Sama seperti bangsa Israel yang melihat ular dan percaya atas tindakan penyelamatan Allah lalu diselamatkan. Demikian juga manusia yang ‘melihat’ Kristus tersalib dan percaya pun akan diselamatkan dan terbebas dari hukuman.

Sebelumnya diceritakan dalam kitab Bilangan bahwa setiap orang yang dipatuk ular tedung namun melihat ular tembaga yang tergantung, akan selamat. Perlu dipahami bahwa kata ra’adalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan dengan melihat/memandang ini juga memiliki aspek percaya. Melihat ular tembaga adalah wujud bangsa Israel percaya bahwa melalui tindakan itu, Allah menyelamatkan mereka. Keyakinan pada pertolongan Allah membuat bangsa Israel mau ‘melihat’. Dalam konteks mereka, melihat ular tidaklah sederhana. Sebab sebelum melihat, mereka pastilah harus terlebih dahulu mencari posisi dimana Musa meletakkan ular tersebut. Jadi, mereka beranjak dari tempatnya, mencari, kemudian menatap ular tersebut. Demikianlah percaya diwujudkan dalam sebuah usaha. Jadi, percaya berarti bertindak dan melakukan sesuatu.

Saudara, Allah mengasihi manusia tidak hanya dalam kata. Kasih itu membuat-Nya rela menderita sampai mati di kayu salib. Masa pra Paskah ini mengingatkan kita bahwa Allah telah memberikan teladan kepada kita. Mari kita percaya kepada Kristus dengan melakukan sesuatu demi kemuliaan nama Tuhan dan sebagai bentuk ucap syukur kita.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.